Digital
Marketing: Peluang yang Mengancam
Bila di 20 tahun lalu bahkan lebih, pemasaran sangat
populer dilakukan dengan penyebaran brosur dan kartu nama, pembuatan baliho
atau banner berukuran raksasa, sampai
pada direct selling dari 1 pintu ke
pintu rumah yang lain, maka di era sekarang metode itu sudah ketinggalan jaman
dan tak lagi efektif. Sekarang adalah masa di mana segalanya berkaitan dengan
teknologi. Termasuk pemasaran atau marketing. Bahkan setelah disentuh oleh
teknologi, marketing menjadi lebih berdampak lebih luas. Seseorang dari pelosok
manapun, asal bisa ‘memainkan’ teknologi saat ini, yakni internet, dapat
memasarkan produknya tanpa ia harus ke kota. Benar-benar revolusioner!
Internet yang masuk ke ranah marketing kemudian
memunculkan istilah baru, yakni online marketing atau digital marketing.
Digital marketing adalah aktivitas memasarkan produk atau jasa di dunia maya.
Tak perlu mencetak brosur, membuat banner, bahkan tak perlu menemui calon
pembeli satu per satu. Digital marketing justru memungkinkan kita ‘terjaga’ dan
berjualan selama 24 jam non stop selama 1 minggu. Hebat bukan? Sayangnya,
fenomena ini ternyata tak selalu jadi peluang. Bagi sebagian pihak, digital
marketing justru terlihat seperti ancaman. Sebut saja pemilik mall dan super market. Mereka memiliki
asset hingga miliaran bahkan sampai triliunan, namun terancam oleh tumbuh
suburnya digital marketing. Kok bisa?
Tentu bisa. Tak semua orang mampu memiliki mall dengan sistem yang mapan. Namun
semua orang bisa memulai berbisnis dengan belajar digital marketing, dari rumah
dan ‘berjualan’ di kamar calon pembeli! Ya, karena bersifat digital, aktivitas
berjualan bisa masuk ke tempat paling rahasia si calon buyer, selama mereka memegang smartphone
yang terhubung dengan internet. Bayangkan mall.
Untuk mendapatkan untung, mereka harus bisa menarik banyak orang untuk datang.
Biaya dan tenaga harus lebih banyak dikeluarkan bukan? Yang lebih mengancam
lagi adalah, digital marketing tengah tumbuh dan dilakukan hampir setiap orang
dari berbagai kalangan. Mulai anak kecil sampai orang dewasa, semua memiliki
peluang yang sama.
Hal itu merupakan ancaman yang serius bagi keberlangsungan mall, mereka tak ada pilihan lain kecuali turut serta dalam bisnis online dan mengikuti trend. Website kemudian dibuat dengan sistem yang baik pula. Kemudian untuk mendatangkan traffic dengan instan, strategi marketing mereka adalah iklan televisi. Hasilnya, beberapa mall cukup survive dalam menghadang serbuan digital business